TUNTUTAN BELAJAR “NGOYO” SISWA MENJELANG UN
Oleh:
Tri Maryati
Mahasiswi Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang
Bisa dibilang sudah menjadi kebiasaan dari para pihak sekolah
ketika menjelang Ujian Nasional dengan lebih menodorkan berbagai materi
tambahan ke para siswa untuk menghadapi Ujian Nasional. Sebuah tuntutan
tersendiri bagi para siswa dalam menghadapi Ujian Nasional dengan dituntut
untuk lebih meningkatkan kualitas penguasaan materi UN yang akan mereka hadapi.
Khususnya untuk materi pelajaran yang akan di-UN-kan. Berbagai bentuk persiapan
yang mereka jalani di antaranya yaitu mengikuti berbagai jam tambahan dari
pihak sekolah sendiri yaitu pulang lebih sore, ataupun dengan berangkat lebih
awal satu atau setengah jam sebelum jam pelajaran dimulai, di samping itu ada
juga anjuran bagi siswa untuk mengikuti les tambahan di luar sekolah.
Beberapa persiapan lain juga yang harus dijalani oleh siswa yaitu
persiapan umum yang diselenggarakan baik dari pihak sekolah, Kelompok Kerja
Madrasah (KKM) maupun dari Dinas Pendidikan setempat seperti mengikuti
rangkaian uji coba (try out) UN. Dengan mengikuti persiapan-persiapan
semacam itu harapan bagi guru-guru atau dari siswa itu sendiri agar dapat
meminimalkan kekhawatiran siswa dalam menghadapi Ujian Nasional, dengan lebih dimudahkan
untuk mengerjakan materi-materi dalam UN tersebut. Serta harapan untuk
meningkatkan presentase kelulusan dari sekolah itu sendiri.
Hal semacam itu sering kali terdengar ketika masa menjelang Ujian
Nasional tiba. Adapun secara psikologi, efek dari semua rutinitas ketat
tersebut bisa ditebak, antara lain Ujian Nasional berkesan seperti momok
manakutkan, atau menjadi semacam benteng terakhir yang manentukan kelulusan
siswa. Karena itu, siswa pun diharuskan atau dituntut seserius mungkin dalam
mempersiapkannya. Kesan seperti itu lah yang sering dianggap oleh para siswa
sendiri sebagai sebuah tuntutan yang benar-benar harus mereka persiapkan dalam
menghadapi Ujian Nasional dan kesannya dalam belajar untuk persiapan tersebut
terkesan “ngoyo”. Tidak seperti pembelajaran yang biasa mereka lakukan setiap
harinya.
Persiapan yang mendadak dalam menghadapi Ujian Nasional perlu
mendapat evaluasi dari pihak sekolah. UN perlu dipersiapkan sejak dini agar
tidak lagi dianggap sebagai sebuah pembelajaran yang terkesan “ngoyo” bagi
siswa yang menjalaninya dalam persiapan menghadapi Ujian Nasional. Sebaiknya
siswa perlu diperkenalkan dengan soal-soal UN sejak kelas-kelas sebelumnya,
sejak kelas 4 atau 5 SD, 1 atau 2 SLTP, dan 1 atau 2 SLTA. Persiapan tersebut
diberikan jauh-jauh hari dari masa Ujian Nasional yang akan mereka hadapi.
Sehingga siswa akan merasa memiliki bekal dan persiapan yang lebih matang
ketika akan dihadapkan UN serta meminimalisir kekhawatiran siswa dalam
menghadapinya.
Dari pihak gurupun sebaiknya menghargai hak-hak alamiah siswa
seperti bermain, berinteraksi secara wajar, bergaul selayaknya, serta
mengembangkan diri sehingga tidak ada kesan belajar “ngoyo” kepada siswa
menjelang Ujian Nasional. Sehingga tidak akan berdampak juga pada efek
psikologi kepada siswa itu sendiri, kekhawatiran yang akan terjadi pada diri
siswa yaitu akan mengalami kejenuhan, terjadi sebuah tekanan seperti halnya
setres yang mereka alami. Maka dampaknya juga akan mempengaruhi pada hasil UN
yang mereka kerjakan, dengan berbagai tekanan yang mereka hadapi sehingga
menghambat daya fikir mereka ketika mengerjakan soal-soal Ujian.
Dengan demikian hal yang perlu ditekankan dari pihak sekolah maupun
pihak guru dalam menghindari hal semacam itu agar tidak terjadi pada
siswa-siswanya yaitu dengan menghindari perlakuan yang secara berlebihan kepada
siswa, khususnya ketika menjelang Ujian Nasional, sehingga siswa tidak ada lagi
suatu tekanan atau kesan belajar “ngoyo” secara berlebihan pada suatu
pembelajaran. Anjuran untuk mengadakan persiapan sejak dini itu mungkin salah
satu cara yang baik dan lebih efektif dalam menghadapi Ujian Nasional yang akan
dihadapi. Menghindari adanya rasa kekhawatiran dari pihak siapapun, yaitu dari
pihak sekolah, guru, orang tua, masyarakat maupun dari diri siswa itu sendiri.
Adapun mengenai persiapan-persiapan seperti persiapan umum yang
diselenggarakan dari sekolah seperti diadakannya (try out) itu bukan
tidak mungkin hasil UN justru (antiklimaks) pada hasil try out
siswa tertentu yang cukup berprestasi di kelas. Beberapa siswa yang memiliki
catatan prestasi baik di kelas justru menuai hasil try out yang kurang
memuaskan. Hal seperti itu yang sering membuat rasa ketakutan maupun kekhawatiran
yang sangat dirasakan siswa ketika mengetahui hasil try out mereka.
Dengan diadakannya suatu pembelajaran sejak dini serta berupa
persiapan-persiapan materi yang lebih matang yang diberikan oleh siswa menjelang
Ujian Nasional siswa diharapkan agar dapat lebih mudah dalam menjalani Ujian
yang mereka hadapi. Dari pihak guru pun tidak akan merasa khawatir mengenai
presentase hasil kelulusan siswa-siswanya dalam mengerjakan soal-soal Ujian.
Demikian pula dari pihak sekolah hal tuntutan untuk meluluskan 100 % siswa
dalam Ujian Nasional itu tidak akan ada lagi kekhawatiran.
0 komentar:
Posting Komentar