EDITING DAN PUBLIKASI
I.
PENDAHULUAN
Pertama kali menulis surat cinta, berapa
kali anda menulis ulang surat itu dan berapa lembar kerta yang anda habiskan?
Banyak bukan? Itu terjadi karena anda menyunting surat itu agar kata-kata
rayuan anda bagi kekasih incaran anda. Penyuntingan memang sifat yang sangat
alamiah dalam aktifitas menulis. Proses tersebut baru berakhir setelah bahasa,
isi, dan alur cerita memuaskan anda. Penyuntingan terus
berlangsung selama karya tulis itu masih mungkin disunting. Sesungguhnya,
seorang penyunting bertanggung jawab untuk melakukan penyuntingan setiap saat
karena penulis merupakan juga seorang penyunting. Salah satu contoh tanggung jawab seorang penulis yang paling
sederhana adalah meminimalkan kesalahan ketik karena kesalahan ketik dalam
jumlah banyak seolah-olah menunjukkan kekurangannya yang sangat serius sang
penulis dalam pekerjaannya.
Dalam penulisan sebuah karya tulis, penulis juga berkewajiban
menyelaraskan isi, bahasa, dan alur pemikiran materi sebelum naskah dikirim ke
penerbit atau sebelum di publikasikan baik melalui pengiklanan, media online,
seminar, dan lain sebagainya.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa yang dimaksud dengan Editing Karya Jurnalistik ?
B.
Apa yang dimaksud dengan Publikasi Karya Jurnalistik ?
C.
Bagaimana Media Online untuk Publikasi ?
D.
Bagaimana Berkarya Secara Profesional ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Editing Karya Jurnalistik
Editing merupakan tahapan yang
berkaitan dengan penulisan secara final. Bila tahap-tahap sebelumnya difokuskan
kepada isi, editing lebih difokuskan pada masalah mekanik, seperti ejaan,
penggalan kata, kata hubung, struktur kalimat, dan sebagainya. Maksud dilakukan
editing ini agar tulisan itu memiliki tingkat keterbacaan yang baik. Pembaca
akan mudah memahami tulisan kita. Jarak antara pembaca dengan ide menjadi lebih
dekat dan tulisan itu juga lebih komunikatif.
Menyunting naskah (editing) adalah sebuah proses memperbaiki atau
menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial. Pelakunya disebut
editor (penyunting) atau redaktur.
Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya
lebih logis, mudah dipahami, dan tidak rancu. Setiap kata dan kalimat, selain
harus benar ejaan atau cara penulisannya, juga harus benar-benar punya arti dan
enak dibaca. Tujuan akhir proses editing jenis ini adalah tidak hanya memiliki
ejaan yang benar tetapi juga enak dibaca.
Secara substansial, editor harus memperhatikan fakta atau data agar
terjaga keakuratan dan kebenarannya. Editor pun harus memperhatikan apakah isi
tulisan itu dapat mudah dimengerti pembaca atau malah membingungkan.
Sistematika juga harus diperhatikan oleh seorang editor. Tujuan
proses pengeditan tipe ini adalah tidak hanya untuk membuat tulisan mudah
dimengerti, tetapi juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap terjaga.
Dari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan
tersebut, yang menjadi fokus editor adalah: (1) menyadari perbedaan latar
belakang para pembaca, baik dari segi umur, taraf hidup, dan gaya hidup
sehingga naskah yang dihasilkan sesuai dengan latar belakang pembaca; (2)
tegas; (3) memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis dalam memaparkan pendapatnya;
dan (4) hati-hati dengan iklan terselubung yang termuat dalam tulisan.
Editor penerbitan memiliki peran diantaranya, pertama adalah
sebagai petugas resmi penerbitan yang melakukan review naskah yang
ditawarkan penulis. Kedua, editor
penerbitan berperan sebagai penanggung jawab proyek penerbitan buku yang
dieditnya. Ketiga, editor penerbitan berperan melakukan penyuntingan dan koreksi
kebahasaan, menjaga konsistensi sistematika dan istilah, menjaga konsistensi
gaya penulisansesuai dengan jenis buku dan mengelola komunikasi antara penulis
dan penerbit.
Wajah atau gaya pemberitaan sebuah penerbitan pers umumnya
bergantung pada keahlian dan
kreativitas para redakturnya dalam teknik menyunting.
Kegiatan
menyunting pada dasarnya menyangkut hal-hal berikut:
1.
Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual.
2.
Menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi dan mengedit berita
tersebut untuk memperbaikinya.
3.
Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda-tanda baca,
tatabahasa, ejaan, angka, nama, dan alamat.
4.
Menyesuaikan naskah dengan gaya suratkabar bersangkutan.
5.
Mengetatkan tulisan, membuat satu kata melakukan pekerjaan tiga
atau empat kata, menjadikan satu kalimat menyatakan fakta-fakta yang terdapat
dalam satu paragraf. Menyingkat tulisan sesuai dengan ruang yang tersedia.
6.
Menjaga jangan sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan tulisan
yang memuakkan (bad taste).
7.
Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, seperti anak judul
(subjudul), di mana diperlukan.
8.
Menulis judul untuk berita bersangkutan agar menarik.
9.
Di beberapa suratkabar, editing juga termasuk menulis caption
(keterangan gambar) untuk foto dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan
cerita yang disunting itu.
10.
Setelah edisi itu naik cetak, menelaah koran tersebut secermat
mungkin sebagai perlindungan lebih lanjut terdapat kesalahan dan melakukan
perbaikan jika deadline masih memungkinkan.
Dengan demikian, menyunting tidak semata-mata memotong (cutting)
naskah agar cukup pas masuk dalam kolom atau ruangan (space) yang
tersedia, tetapi juga membuat tulisan itu enak dibaca, menarik, dan tidak
mengandung kesalahan faktual.
Dalam melaksanakan kewajibannya, seorang editor harus pula
memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Sadar mengenai sifat-sifat umum tentang umur, taraf hidup, dan gaya
hidup para pembaca utama korannya, dan menyunting naskah sesuai dengan sifat
umum tersebut.
2.
Sebagai hatinurani suratkabar, penyunting harus tegas dalam hal-hal
seperti penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca,
ejaan, tata bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul dan sebagainya.
3.
Memperbaiki tulisan dengan segala upaya tanpa merusak cara
penulisannya menyatakan pendapatnya. Karenanya, editor harus membaca lebih dulu
seluruh naskah untuk mendapatkan pengertian penuh tentang apa yang akan dikatakan
oleh si penulis. Di sini berlaku hukum: editor hanya berhak mengubah redaksi,
bukan substansi.
4.
Menjaga masuknya iklan terselubung dalam tulisan. Untuk membantu
pekerjaannya, seorang editor biasanya melengkapi dirinya dengan pemilikan kamus
bahasa, kamus singkatan (akronim), tesaurus, peta, buku biografi tentang
tokoh-tokoh ternama, ensiklopedi, buku telefon, buku atau koleksi ucapan atau
pepatah terkenal, dan sebagainya.
Editor tak jarang merangkap sebagai editor bahasa, sehingga mutlak
menguasai bahasa jurnalistik atau kaidah penggunaan bahasa yang baku (sesuai
Ejaan Yang Disempurnakan). Di sini persyaratan yang menjadi sifat Redaktur
dalam buku Newsman’s English, antara lain:
1.
Berwawasan luas
2.
Berkepala dingin, sanggup bekerja dalam suasana tergesa-gesa dan
rumit, tanpa menderita perasaan tertekan.
3.
Cermat, hati-hati, tekun, dan tegas.
4.
Melihat sesuatu dari sudut pandang pembaca. Artinya, editor harus
berorientasi pada kepentingan pembaca. Jangan sampai naskah hanya bisa dipahami
oleh dirinya, tetapi membingungkan pembaca. Ia juga harus menjadikan sebuah
naskah penting dan menarik bagi pembaca, bukan hanya bagi dirinya atau
suratkabarnya.
Sebelum naskah dikirim ke penerbit, penulis sebaiknya
melakukan editing naskah yang berkaitan dengan:
1.
Editing Isi/ Materi/ Gagasan
Isi/materi/gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku diibaratkan
sebagai gizi sebuah buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak pada
banyak atau sedikitnya materi buku yang dituliskannya. Buku yang akan
diterbitkan memerlukan ketebalan yang memadai agar buku itu secara estetika
indah dipandang atau disimpan. Ketebalan buku berkaitan dengan jumlah halaman
yang menggambarkan isi/materi/gagasan. Buku yang jumlah halamannya kurang tidak
memberikan daya tarik terutama untuk penyimpanan dan pendokumentasian.
Penyuntingan terhadap isi buku dapat dilakukan dengan cara
pengurangan, penggantian, dan penambahan isinya yang relefan dengan topik dan
tema kajiannya. Pengurangan terhadap isi/materi/gagasan bila memang dianggap
tidak relefan dengan topik kajiannya. Kemudian menggantinya dengan suatu topik
yang sedang dibahas. Kalau memungkinkan ada sumber lain yang lebih aktual dan akurat,
seorang penulis dapat saja menambahkan isi/materi/gagasan itu untuk
melengkapinya. Misalnya grafik, tabel, gambar, atau data lain yang dianggap
perlu.
Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan
dengan akurasi data, informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan bagi penulis dan pembacanya. Dengan demikian dapat menambah ketebalan
halaman buku secara langsung hingga mencapai ukuran ideal sebuah buku mata ajar
kuliah untuk diterbitkan. Namun begitu, seorang penulis jangan terjebak oleh
suatu keinginan hanya utntuk mempertebal jumlah halaman tanpa memperhatikan
isi/materi/gagasan yang dituliskannya.
2.
Editing Paragraf
Editing atau penyuntingan terhadap isi/materi/gagasan akan
berpengaruh pada kepadatan paragraf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
antar paragraf, ada yang tebal dan tipis. Paragraf yang tidak berimbang tebal
atau tipisnya dapat memengaruhi nilai estetika buku. Dengan demikian
penyuntingan berikutnya harus diarahkan terhadap bentuk ideal paragraf.
Paragraf yang tipis harus diseimbangkan dengan paragraf yang mencapai ketebalan
standar hingga semua ketebalan paragraf dianggap relatif seimbang. Ketebalan
ideal sebuah paragraf sebanyak 7-10 baris. Jadi dalam satu halaman draf buku
dengan ukuran kertas A4 terdiri dari 3-4 buah paragraf.
Kalau isi/materi/gagasan diibaratkan sebagai gizi sebuah buku maka
paragraf merupakan dagingnya. Karena itu penulisan antar paragraf dalam sebuah
buku sangat diperlukan keseimbangannya. Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk
memenuhi standar estetika buku ketika dilakukan penilaian dalam sebuah
kompetisi buku. Paragraf yang terlalu
tebal dapat memengaruhi daya baca seseorang dalam memehami teks. Seorang
penulis mesti memerhatikan ini, karena teks yang dibaca tanpa ada upaya
memahaminya dari pembaca menjadikan buku yang diterbitkan itu mubazir.
Sebaiknya, ketipisan paragraf juga dikhawatirkan tidak mewakiti gagasan yang
disampaikan penulis. Malah bisa jadi gagasannya itu tidak selesai diungkapkan
dengan kata-kata dan kalimat yang terbatas.
3.
Editing Ragangan
Ragangan ataun outline dalam sebuah buku diibaratkan sebagai
tulang-tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi. Oleh
sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan
subtopiknya. Sistematika ragangan berkaitan dengan urut-urutan dan letak
subtopik pembahasan yang akan ditulis. Ragangan dalam penulisan buku yang telah
ditetapkan sejak awal bukan merupakan harga mati. Dalam arti, ragangan yang
tidak sesuai denagn isi/materi/gagasan dalam buku masih bisa dibongkat pasang
untuk menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau buku yang sudah
disetting sejak awal boleh saja digonta-ganti sesuai dengan tema yang
disajikannya.
Ragangan dapat saja diubah saat penulian sedang berjalan atau nanti
di akhir penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti,
atau menambahkan sesuai dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang
telah ditulis sejak awal penulisan harus disesuaikan dengan apa yang dibahas
dalam isi/materi/gagasan dalam buku. Pertimbangannya akan lebih mudah mengganti
ragangan dari pada harus menulis ulang kajiannya. Editing ragangan yang terbaik
adalah saat finalisasi penulisan, sekaligus dalam menentukan halaman pada
daftar isi buku.
4.
Editing Kebahasaan
Kebahasaan dalam sebuah buku disamakan dengan kulit sebagai
pembungkus daging dan tulang serta untuk melindungi keberadaan gizinya. Karena
itu, bahasa buku harus memenuhi standardinasi bahasa yang berlaku. Bahasa
Indonesia yang menjadi dasar rujukan harus menggunakan EYD. Penulisan buku mata
ajar kuliah atau karya ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknya penulis,
tetapi harus menggunakan bahasa formal atau semi formal. Editing atau
penyuntingan terhadap bahasa mutlak diperlukan kalau buku itu diterbitkan.
Penyuntingan berkaitan dengan penghurufan, penomoran, pelambangan, ejaan, dan
tanda baca. Hal ini dapat dapat dipelajari dari lampiran buku ini tentang
penggunaan EYD.
Editing kebahasaan mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk
standardinasi sebuah buku. Hal ini sngat diperlukan dalam memberikan bobot atas
buku teks. Selain itu jaga, bahasa dapat menjadi pemanis dalam menambah daya
tarik pembaca. Namun demikian, untuk penulisan buku mata ajar kuliah atau karya
ilmiah tidak perlu manggunakan bahasa seindah puisi atau sajak. Kebahasan yang
dimaksudkan di sini adalah berdasarkan kaidah tata bahasa yang berlaku. Fungsi
lain dari ketatabahsaan juga untuk mempercepat pemahaman pembaca terhadap
sebuah teks yang tersusun dari kata, kalimat, dan paragraf.
Sebelum penyuntingan dimulai,
Anda harus terlebih dahulu menyadari bahwa penyuntingan diperlukan untuk
membuat kata, ungkapan, kalimat, paragraf dan subbab berkoherensi, halus,
menarik, dan jelas. Untuk itu, Anda membiarkan draf untuk sementara waktu agar
pikiran dan pendangan anda lebih segar dan tenang sehingga anda bisa menelaah
dan mengedit draf secara menyeluruh dengan baik. Adapun langkah-langkah
menyutingan adalah sebagai berikut.
1.
Bacalah setiap kalimat dengan renungan berulang-ulang.
Untuk membuat kalimat lebih baik, tidak jarang anda membaca satu kalimat
berkali-kali,sampa anda mendapatkan esensinya, kemudian anda tuangkan dalam
bentuk murni.
2.
Baca lagi naskah anda beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda,
misalnya pada sekali waktu, anda fokus pada ejaan. Lalu di waktu berikutnya, anda fokus di
tata bahasa, atau konsistensi istilah, atau gambar serta keterangannya, dan
lain sebagainya.
3.
Kenali pola kesalahan yang biasanya anda dapat setelah
karya tulis di proofread atau diediting. Untuk itu, anda perlu mewaspadai pola-pola
kesalahan yang sering anda lakukan dan berusaha memperbaikinya.
4.
Gunakan spelling check pada komputer bila
tulisan anda dibut dalam bahasa inggris atau bahasa internasional lainnya.
Namun demikian komputer juga mungkin bisa membuat kesalahan, misalnya ejaanya
bisa jadi benar, tetapi artinya berbeda, seperti: paper - pepper, line - lain,
you’re - your, their - there, its - it’s, dan sebagainya.
5.
Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam setiap
paragraf. Anda harus memastikan setiap paragraf mengandung satu ide utama yang
tercantum dalam kalimat topik paragraf itu. Kalimat-kalimat lainya sebagai
pendukung kalimat topik. Apabila ada kalimat yang tidak mendukung
kalimat topik anda harus membuang atau memasukannya
kalimat “nyasar” tersebut ke dalam paragraf lain yang didukungnya.
6.
Revisi kalimat-kalimat yang terlalu panjang atau
sebaliknya terpotong-potang, kalimat yang tidak menggunakan kata sambung,
kalimat-kalimat ambigu, dan sebagainya.
7.
Bebaskan kemuangkinan adanya pelanggaran seperti
pelecehan, fitnah, penghujatan dan lain-lain. Bila anda ragu-ragu dengan apa
anda tulis, konsultasikan dengan pihak-pihak yang berkompeten.
8.
Bantu tegaskan bahwa setiap informasi yang anda tulis
benar dan dapat dipercaya.
9.
Konsultasikan jargon, pengertian, atau bagian yang
meragukan dengan pihak yang berkompeten. Tuliskan daftar istilah bila perlu.
10.
Gunakan kamus, tesaurus (kamus sinonim), buku tata
bahasa, artikel penggunaan tanda baca, internet (kamus idiom daring), dan
berbagai sarana yang membantu anda dalam penyutingan.
11.
Cari pembaca sukarela (terutama mereka yang menekuni
bidang yang sesuai dengan topik yang anda buat) untuk diminta masukan.
B.
Publikasi Karya Jurnalistik
Publikasi berasal
dari kata publish, publisis, atau publisistik, yang berarti memberitahukan
kepada umum, mengumumkan,
segala usaha yang berhubungan dengan kegiatan dalam bidang pengumuman.
Pengumuman tersebut dilakukan melalui alat-alat komunikasi massa, yaitu
alat-alat yang dapat menghubungkan atau mengadakan komunikasi dengan massa. Publikasi adalah bidang komunikasi berita atau ide dalam satu
situasi di mana khalayak ramai akan menerima semua ide ini sebagaimana yang
anda harapan.
Kesimpulannya
adalah pengertian publikasi tidak dapat di pisahkan dengan alat-alat komunikasi
massa.
Publikasi dapat di lakukan dengan mempergunakan
berbagai media massa seperti website, pers, film, radio, televisi, majalah,
pamflet, buku dan lain sebagainya. Internet merupakan media promosi pemasaran yang
cukup efektif, dengan memiliki website anda dapat mempublikaskan produk atau
layanan anda tanpa batas tempat dan waktu.
Walaupun
demikian, tidak berarti dengan kepemilikan website promosi lalu media
cetak dihentikan, karena tentu tidak semua masyarakat memiliki akses
internet. Dan juga website yang telah dimiliki perusahaan harus dipromosikan
agar diketahui masyarakat atau pasar yang dituju.
C.
Media Online untuk Publikasi
Seperti Autobahn Jerman, seperti jalan tol bebas hambatan di mana
akses dan kecepatan tinggi, seperti tidak ada batasnya. Mahasiswa dan bahkan
siswa sekolah menengah mendapatkan informasi melalui komputer personal yang
terpasang di sekolah dan di rumah mereka. Dengan mengandalkan sumber ini,
jurnalis dapat melakukan riset dan wawancara untuk menyusun berita dan
menawarkan informasi dan kontak tambahan dengan publikasi di luar jadwa
penerbitan normal.
Siswa/mahasiswa yang menggunakan potensi Internet akan mendapatkan
sumber informasi yang hampir tak terbatas. Siswa bukan hanya bisa meriset dan
mengumpulkan informasi, namun juga dapat membaca informasi tentang topik yang
sama yang telah muncul di media cetak. Mereka bahkan bisa melakukan wawancara
dan berkomunikasi dengan orang, organisasi dan agen pemerintah yang mungkin
tidak terjangkau dengan menggunakan metode tradisional, seperti telepon. Dengan
menggunakan mesin pencari Internet siswa dapat melalukan riset online
lebih efisien untuk mengumpulkan informasi tentang topik-topik mulai dari
hiburan hingga berita serius yang mendalam. Dalam pers profesional, pemberitaan
berbantuan komputer telah memampukan berita untuk ditulis dengan lebih akurat
dan menyeluruh. Kini orang bisa mendapat informasi yang begitu banyak melalui
situs-situs online.
Mempelajari pencarian sumber online secara efisien mungkin
akan lebih terbantu jika dilakukan dengan berkonsultasi dengan pustakawan atau
ahli media, yang dapat membantu jurnalis siswa untuk menavigasi situs dan
informasi yang kompleks.
Publikasi web seharusnya bukan sekedar mengulangi apa-apa yang
telah diterbitkan di media cetak, tetapi juga harus berisi berita-berita
terkini yang mungkin membutuhkan sumber daya tambahan untuk mengelola situs
ini, baik itu sumber daya manusia maupun peralatan. Publikasi mungkin perlu
merekrut anggota tambahan untuk mengelola publikasi online. Mereka yang
punya pengetahuan dan keahlian sofeware online akan bisa banyak membantu.
Atau jurnalis siswa dapat bekerja sama dengan siswa yang ahli dalam bidang ini
untuk memberi informasi yangt baru dan segar. Publikasi harus memiliki rencana
pasti untuk penyediaan isi online sebelum memulai publikasi online.
Menciptakan situs online yang tak pernah diperbarui atau diubah,
khususnya setelah ada iklan, jelas akan gagal.
Aturan yang mengatur apa-apa yang dipublikasikan di Internet terus
berkembang mengiringi perkembangan teknologi yang dipakai dalam bentuk
komunikasi ini. Publikasi di Internet, dalam beberapa hal tidak berbeda dengan
publikasi lewat media lain, seperti media cetak. Pada umumnya, undang-undang
yang berlaku untuk jurnalis siswa/mahasiswa yang memublikasikan koran dan
majalah cetak, atau yearbook, juga berlaku untuk versi publikasi online
dari publikasi cetak yang sama. Sebagaimana media cetak, di mana dan kapan
sebuah “publikasi” online diproduksi juga menjadi faktor penting dalam
kaitannya dengan aplikasi undang-undang. Bahkan pemberitaan dan proses
pengumpulan informasi dengan menggunakan Internet mungkin juga diatur oleh
undang-undang tersendiri.
D.
Berkarya Secara Profesional
Berkarya secara profesonal dan mampu menghasilakan
karya tulis yang baik, penulis harus memiliki keterampilan, baik dengan cara
belajar sendiri, otodidak, maupun
dari orang lain melalaui pelatihan-pelatihan. Keterampilan tersebut antara lain
ialah
sebagai berikut:
1.
Bahasa
Keterampilam bahasa ini merupakan
keterampilan yang paling utama karena fungsi bahasa yang paling utama adalah
untuk berkomunikasi. Karya tulis adalah media komunikasi bagi penulis dan
pembaca. Penulis menyampaikan informasi melalui karyanya. Penulis mengharapkan
bisa di mengerti pembaca dengan baik.
2.
Riset
Banyak orang berpikir bila seseorang menulis buku, orang itu tahu
sesuatu dan seharusnya memang demikian. Bila kita terima pendapat ini, kita
akan menulis buku dari hasil pengamatan
atau penelitian dan pengalaman kita.
Buku kita akan membuat keahlian kita valid dan kredibel karena kita bisa
menjelaskan lebih dari apa yang kita tulis. Dengan alasan tersebut, penulis
sangat lazim dikatakan menguasai ilmu pengetahuan yang ditulisnya.
Riset merupakan bagian dari kegiatan mengajar bagi pengajar yang
kreatif dan inovatif. Riset ini bukan hanya untuk mengumpulkan informasi untuk
keperluan penulisan, tetapi lebih luas lagi riset ini diperlukan untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan buku, prospek, minat baca masyarakat, daya
beli pasar, daya saing dan sebagainya. Dengan riset penulis bisa mendapatkan
informasi yang tepat untuk memprediksi kebutuhan masyarakat mendatang sehingga
penulis tidak akan kehabisan ide dan terus menulis buku-buku yang diminati
pembaca.
3.
Imajinasi yang kreatif
Daya imajinasi sangat diperlukan bagi penulis terutama untuk
mengembangkan tulisan, isi, bahasa, ilustrasi, susunan, dan sebagainya. Pembaca
dengan berbagai tingkat kecerdasan, kelemahan, pola berfikir, dan tingkat
kejenuhan menuntut penulis untuk terus berimajinasi agar bukunya bisa
ditampilkan dengan mengutamakan keperluan pembaca.
4.
Menulis dan mendesain
Menulis dengan menggunakan alat bantu asli tertentu memerlukan
keterampilan tersendiri. Penulis yang mahir menggunakan komputer dengan
berbagai program yang ada akan sangat menguntungkan. Sekalipun demikian, tidak
mahir menggunakan komputer bukan merupakan kendala bagi penulis yang serius.
Dia akan terus menulis sambil belajar menggunakan komputer. Sebagia contoh,
Wilson Nadeak adalah seorang penulis senior dan masih produktif serta terbiasa
menggunakan mesin tik listrik. Beliau mengatakan inspirasinya muncul karena
bunyi yang keluar dari mesin tik tersebut. Penulis tidak harus membuat tata
letak dan sebagainya karena yang lebih penting adalah ide-idenya bisa diterima
oleh penerbit.
5.
Bekerja dengan waktu yang terbatas
Seorang penulis bisa bekerja semau dia, cepat atau lambat
tergantung komitmen pribadinya. Penulis yang berhasil dan produktif biasanya
terpacu dengan waktu, mereka mempunyai target untuk menyelesaikan bagian demi
bagian, sampai pada keseluruhan bagian buku sehingga bisa mengatakan bukunya akan
selesai pada waktu tertentu. Bekerja dengan pihak terkait pasti diberi batas
waktu dan ini merupakan tantangan bagin penulis.
6.
Disiplin
Seorang penulis perlu disiplin dalam berbagai hal, seperti: waktu,
membaca, janji kepada pihak tertentu, dan sebagainya. Waktu yang digunakan
penulis bervariasi, misalnya: saat subuh, pagi, siang, sore, atau malam hari
sambil mendengarkan musik, makan makanan kecil, merokok, dan lainnya sesuai
dengan kebiasaan masing-masing. Hal yang penting adalah penulis tetap disiplin
dan konsisten pada targetnya.
7.
Bekerja mandiri
Penulis harus mandiri dalam melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan menulis. Penulis tidak perlu disuruh-suruh untuk, memulai, melanjutkan,
dan menyelesaikan tulisannya. Secar otomatis semua dilakukan secara mandiri,
meskipun penulis memerlukan banyak bantuan pihak lain supaya buku itu layak
dibaca dan ditulis. Inisiatif untuk mendapatkan referensi, menguji materi,
mengirim ke penerbit, menyikapi jawaban penerbit, dan menyelesaikan semua hal
yang berkaitan dengan penerbitan harus muncul dari dirinya sendiri dan
dilakukan sendiri.
8.
Berkomunikasi
Komunikasi merupakan satu kebutuhan yang mutlak bagi penulis.
Keterampilan berkomunikasi bukan hanya pada cara penulis mengomunikasikan
idenya kepada pembaca. Sebelum buku itu terbit dan bisa dibaca oleh orang lain,
penulis sudah melakukan berbagai komunikasi dengan pihak terkait. Ketika mulai
menuangkan gagasan, penulis seharusnya membicarakan gagasannya dan meminta
dukungan, baik dalam bentuk pikiran, tenaga, maupun yang lainnya. Pada waktu
mencari referensi dan mengembangkan ide, penulis berkomunikasi dengan petugas
perpustakaan, nara sumber, baik secara langsung maupun melalui internet.
Setelah draf selesai dibuat, penulis perlu meminta justifikasi, usulan
perbaikan, dan sebagainya dari proofreader, peserta seminar dan
sebagainya. Komunikasi terus berlanjut ke berbagai pihak sampai buku itu terbit.
Juga dengan masyarakat pembaca karena ada kemungkinan mereka akan mengundang
penulis untuk menyediakan waktu presentasi dan bertanya jawab, dan sebagainya.
Etika komunikasi perlu dicermati agar semua yang terlibat merasakan komunikasi
yang baik.
9.
Negosiasi
Negosiasi merupakan teknik memenangkan harapan. Penyelesaian yang
menguntungkan kedua belah pihak bisa tercapai dengan negosiasi. Penulis
bagaikan seorang negosiator yang siap memenangkan kerja sama. Sebelum
penandatanganan kontrak penerbitan buku, baik penulis maupun penerbit sudah
melewati berbagai negosiasi perbaikan atau modifikasi sampul buku, judul,
daftar isi, naskah, sampai pada penulisan sinopsis buku pada sampul belakang,
royalti, jumlah buku terbit, dan lain sebagainya. Bila buku itu menggunakan
gambar sampul dari sebuah lembaga, industri atau foto, penulis harus
bernegosiasi dengan pihak penerbit pula. Sampai pada promosi dan penjualan
perlu juga bernegosiasi. Penulis perlu sering mengalah untuk menang dalam
negosiasi.
10.
Tingkat kesabaran yang tinggi
Sepengetahuan penulis, hampir semua penulis mempunyai tingkat
kesabaran yang tinggi. Mereka tidak emosional. Kesabaran ini ditunjukkan dalam
menyelesaikan tulisan dengan berbagai kendala atau tantangan yang dihadapi,
baik internal maupun eksternal. Secara internal, misalnya, penulis kadang
mengalami kebuntuan, kehilangan ide, untuk menyelesaikan satu bab buku untuk
ditulisnya. Penulis harus bersabar hingga memperoleh ide dengan berbagai upaya
sampai bab itu bisa dilanjutkan kembali hingga bukunya selesai. Kesabaran juga
diperlukan dalam menerima saran kritik atau komentar yang membuat penulis down.
11.
Pendengar yang baik
Banyak orang pandai berbicara, tetapi belum tentu mau mendengar
pembicaraan, kritik, gagasan, atau nasihat orang lain. Mendengarkan untuk
menyaring dan menelaah informasi serta menyikapinya bukanlah pekerjaan mudah.
Untuk bisa mendengarkan dengan baik, kita juga harus mempunyai tingkat
kesabaran tinggi. Kita sering memberi respon terlalu cepat tanpa mendengar
dengan baik sehingga timbul salah pengertian. Penulis perlu memasang telinga
lebar-lebar dan bersikap positif terhadap semua respon dan omongan pihak manapun
atas karya yang akan atau sudah diterbitkan. Sikap positif ini adalah modal
penting bagi penulis untuk menghasilkan karya tulis yang memuaskan pembaca
sehingga kualitasnya akan meningkat.
12.
Pemasaran
Produk seorang penulis adalah karya tulis. Bagaimanapun baiknya
produk kita, tanpa adanya pemasaran, produk tersebut tidak akan banyak terjual.
Penulis perlu dilengkapi dengan keterampilan pemasaran agar bisa ikut aktif
dalam menjual produk itu.
13.
Bekerja di Bawah Tekanan dan Waktu
Terbatas
Penulis menulis pada saat orang lain tidak mengerjakan apa-apa.
Artinya beban kerja penulis sama dengan pekerja lain, tetapi penulis masih bisa
menyisihkan waktu untuk menulis. Bagaimanapun berat tugas utamanya, penulis
tetap akan menulis. Meskipun tidak dikejar-kejar oleh tenggat waktu oleh pihak
manapun juga, penulis mempunyai rencana dan pelaksanaan yang matang bagi
dirinya sendiri. Bila diberi tenggat waktu oleh pihak terkait, penulis biasanya
bisa menyelesaikan pekerjaanya sebelum tenggat itu terlalui karena penulis
sudah terbiasa mengatasi hal itu.
14.
Mandiri
Penulis mempunyai keterampilan untuk bekerja sendiri. Program
kerja, jadwal, dan tujuanya dibuat sendiri tanpa menunggu perintah orang lain.
Kemandirian ini berlangsung dari awal
mengumpulkan ide, menulis, menerbitkan, memasarkan, cetak ulang dan selanjutnya. Jadi, jika anda
ingin jadi penulis, jangan menunggu sampai Anda diminta menulis.
15.
Membuat Keputusan
Seorang penulis harus bisa membuat keputusan. Keputusan bukan hanya
karena harus berhubungan dengan pihak tertentu dalam menerbitkan dan memasarkan
gagasan, tetapi juga dalam menulis. Penulis harus membuat keputusan topik atau
judul buku yang ditulisnya, memutuskan pokok-pokok bahasan apa saja yang
relevan dengan judul buku, menentukan kutipan yang akan diambil dan sebagainya.
Tanpa keputusan, penulis tidak bisa memulai menulis. Sebaliknya jika terlalu
banyak ide, penulis juga bisa bingung.
16.
Menguasai Materi
Dengan menulis. Penulis tertantang untuk
mendapatkan informasi selengkap mungkin tentang bidang yang ditulis. Materi dengan
sendirinya akan dikuasai sebelum buku itu terbit, setelah melalui proses
menulis. Menulis juga berarti belajar dengan proses belajar penulis sangat
efektif. Hal-hal yang dipelajari di rekam dan dituangkan dalam bentuk tulisan.
Apapun bidangnya, bial penulis berminat menulisnya akan dikuasai.
17.
Mampu bekerja dalam Tim
Banyak penulis yang menulis buku bersama dengan penulis lain.
Sesungguhnya, untuk bisa terbit, penulis tidak bisa bekerja sendiri, meskipun
menulis sendiri. Banyak pihak yang terlibat dalam menerbitkan buku. Bekerja
dalam tim memerlukan aturan kebersamaan agar tujuan tercapai. Saling membantu,
membutuhkan, toleransi, dan menghargai dan menghormati merupakan merupakan
kunci keberhasilan sebuah tim.
Masih banyak keterampilan lain yang diperlukan penulis. Semakin
berhasil dan banyak keterampilan yang dikuasai penulis, semakin berkualitaslah
penulis tersebut. Keterampilan kita akan makin lengkap bila kita terus berupaya
dengan tekun.
IV.
KESIMPULAN
A.
Editing Karya Jurnalistik
Menyunting naskah (editing) adalah sebuah proses memperbaiki atau
menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial. Editor penerbitan
memiliki peran diantaranya: pertama adalah sebagai petugas resmi
penerbitan yang melakukan review naskah yang ditawarkan penulis. Kedua, editor penerbitan berperan sebagai penanggung jawab proyek
penerbitan buku yang dieditnya. Ketiga, editor penerbitan
berperan melakukan penyuntingan dan koreksi kebahasaan, menjaga konsistensi
sistematika dan istilah, menjaga konsistensi gaya penulisansesuai dengan jenis
buku dan mengelola komunikasi antara penulis dan penerbit.
Bagian-bagian dalam proses pengeditan meliputi:
1.
Editing Isi/ Materi/ Gagasan
2.
Editing Paragraf
3.
Editing Ragangan
4.
Editing Kebahasaan
B.
Publikasi Karya Jurnalistik
Publikasi
berarti memberitahukan kepada umum, mengumumkan,
segala usaha yang berhubungan dengan kegiatan dalam bidang pengumuman. Publikasi dapat di lakukan dengan mempergunakan
berbagai media massa seperti website, pers, film, radio, televisi, majalah,
pamflet, buku, internet dan lain sebagainya.
C.
Media Online untuk Publikasi
Dengan menggunakan mesin pencari Internet siswa dapat melalukan
riset online lebih efisien. Dalam pers profesional, pemberitaan
berbantuan komputer telah memampukan berita untuk ditulis dengan lebih akurat
dan menyeluruh. Publikasi web bukan sekedar mengulangi apa-apa yang telah
diterbitkan di media cetak, tetapi juga harus berisi berita-berita terkini yang
mungkin membutuhkan sumber daya tambahan untuk mengelola situs ini. Publikasi
di Internet, dalam beberapa hal tidak berbeda dengan publikasi lewat media
lain, seperti media cetak.
D.
Berkarya Secara Profesional
Keterampilan untuk berkarya secara profesional meliputi: Bahasa, Riset,
Imajinasi yang kreatif, Menulis dan mendesain, Bekerja dengan waktu yang
terbatas, Disiplin, Bekerja mandiri, Berkomunikasi, Negosiasi, Tingkat
kesabaran yang tinggi, Pendengar yang baik, Pemasaran, Bekerja di
Bawah Tekanan dan Waktu Terbatas, Mandiri, Membuat Keputusan, Menguasai Materi, serta Mampu
bekerja dalam Tim.
A.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, uraian singkat mengenai
pembahasan Editing dan Publikasi dalam Karya Jurnalistik. Besar harapan kami
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah
kami masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami senantiasa mengharapkan masukan
dan kritik yang membangun untuk kemajuan bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Rolnick, Tom E.
i et. al., Pengantar Dasar Jurnalisme, Jakarta: Kencana, 2008.
Romli, Asep
Syamsul M., Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, Bandung: PT Remaja
Rodaksana, 2009.
BIODATA PENULIS
TENTANG Syaiful
Anwar, lahir pada
tanggal 20 Juni 1991 di Dusun Dhukoh Kerajan, Desa Mayahan Kec. Tawangharjo,
Kab. Grobogan. Pendidikan formal yang telah saya tempuh adalah: lulusan SD pada
tahun 2004 di SD 03 Negri Mayahan, MI 1 Mayahan lulus tahun 2004, Mts. Man
ba’ul a’laa lulus tahun 2007, MAN 01 Purwodadi lulus tahun 2010, dan sekarang
di IAIN Walisongo angkatan 2010 jurusan PAI. (NIM: 103111132, hp.
085225659570, Alamat E-mail: Shahad_ibnu_sina@yahoo.co.id, Blog: syaifulanwar
Izanagi blogspot.com , Facebook: Syaiful Anwar, Twitter: )
TENTANG Tri
Maryati, lahir di Ds. Krajan Kulon Kaliwungu Kendal, 10 Juni 1992. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar
(SD.) pada SD Negeri 02 Krajan Kulon Kaliwungu tahun pelajaran 2003/2004,
Sekolah Menengah Pertama (SMP.) pada MTs. Negeri Brangsong Kendal tahun
pelajaran 2006/2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA.) yaitu pada MAN Kendal
tahun pelajaran 2009/2010. Sekarang masih menyelesaikan program S1. di
Perguruan Tinggi IAIN Walisongo Semarang fakultas Tarbiyah, jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI). (NIM: 103111133, hp. 085641060077, Alamat E-mail:
try_marya@yahoo.co.id, Blog: trymarya.blogspot.com , Facebook: Tri Maryati,
Twitter:@Threemarya1/ Three Marya)
TENTANG Wachidatun
Nazilah. Lahir pada
tanggal 16 Mei 1992 di Kendal. Pendidikan formal yang telah saya tempuh adalah:
Lulus SD pada tahun 2004 di SDN Tanjunganom, Mts. Al-Islam Rowosari lulus tahun
2007, MAN Kendal lulus tahun 2010, dan sekarang di IAIN Walisongo Semarang
angkatan 2010 jurusan PAI. (NIM: 103111134, hp. 085727653028, Alamat E-mail:
nana.elwahid@gmail.com, Blog: nazilah , Facebook: Wachidatun Nazilah , Twitter:
Wachidatun Nazilah)